Thursday, October 18, 2012

Materi Kuliah Biologi

Annyong...
maaf ya teman-teman baru bisa upload materi Biolum dan Biosel sekarang, soalnya baru bisa beli pulsa modem. Hehehe...Ok silakan di download tapi cuma ngingetin yah file nya lumayan gede jadi gunain hotspot UI/MIPA aja buat download sayang pulsa modemnya,
BioseL Replikasi DNA passwordnya nama depan dosen Biosel kelas reguler B
BioSeL semua materi bu Nisyawati passwordnya nama depan ketua angkatan biodive12sity
BioLum Keanekaragama Hayati passwordnya panggilan mesra gue pada reza saputra 
wkwkwkwk

Friday, October 12, 2012

CerBung


Love In Seoul
Derai hujan itu mengguyur sekujur tubuhnya, jemarinnya mengkerut, ia kedinginan tapi ia berusaha untuk tidak menampakannya pada Luna. Ia melepas kaos yang membebat tubuhnya dan menyelimutkannya pada Luna yang menggigil hebat, lalu ia mulai tancap gas lagi menerobos bulir hujan yang semakin deras mengguyur. Luna yang berada dibelakang mengencangkan pegangannya pada pinggang Lee. Dia sendiri merasa cemas jika nanti Lee kedinginan atau bahkan sampai sakit, apalagi jika ia bertelanjang dada seperti ini, tapi ia sendiri masih bingung mengapa Lee bisa sampai melakukan semua ini. Apa ini juga disebut hanya kesopanan, seperti kata Lee sebelumnya jika ia ditanya mengapa begitu perhatiaanya pada Luna. Sebersit rasa senang menyelimuti hati Luna.
Di sebuah bangunan yang mirip asrama mahasiswa mereka berhenti. Luna melepaskan kaos yang diberikan  Lee lalu menyerahkannya pada Lee.
“Miane, Luna”
“Anio, kwaenchanayo..I should say thanks to you Lee. You are so kind to me. I don’t know what did it mean? May be it was just a polite like you said”
Lee menatap Luna lekat-lekat, matanya tertuju pada bibir tipis Luna yang bergeming entah bagaimana bunyinya.
“you should better wear your shirt and go back soon, I have to come in. Once more, Gumawo..”
Lina berbalik dan melangkah masuk.
“Luna...”
Lee menarik tangan Luna, menarik badannya ke dalam pelukannya dan mengecup lembut bibirnya. Matanya terpejam, seolah tak menghiraukan derasnya hujan.
“Sarangheyo,,,It was not just a polite, it was my truly heart says. I Love You Luna,,,”
To be continued...

Wednesday, October 10, 2012

Materi Kuliah Biologi Umum

Bagi teman-teman yang mau download materi biologi umum bab Evolusi tatap muka ke dua ibu Ariyanti Oetari silakan download dari link berikut:
kuliah umum genetika
password: nama angkatan kita dalam bahasa Indonesia

Wednesday, October 03, 2012

Only For Mahasiswa Biologi Universitas Indonesia

Bagi teman-teman yang telah membeli buku Biology Cell dari Penerbit Willey dan telah menerima buku serta nomor akun buku, silakan mendaftarkan diri untuk mengakses ebook suplemen buku tersebut.
Caranya:
klik link dibawah ini:
Registrasi Ebook

klik create account

klik I agree to these term lalu continue

masukkan nomor akun buku lalu continue dan seterusnya

Materi Kuliah BioSel


Silakan didownload materi biologi sel berikut ini:
Nucleus dan Nucleolus
Komunikasi Sel

Catatan Psikis


DAMPAK NEGATIF SINETRON BAGI ANAK-ANAK


Pernahakah Anda mendengar anak atau keponakan Anda berceloteh “cengilusek, kamseupay, gak level, terus gue harus bilang WAOW gitu”?.Itu semua merupakan petikan naskah sinetron-sinetron yang kini marak disiarkan di banyak stasiun televisi swasta di Indonesia. Bagaimana bisa anak atau keponakan Anda bisa berceloteh sedemikian rupa. Tak lain dan tak bukan karena proses imitasi dari apa yang mereka tonton dari televisi, salah satunya adalah sinema elektronik atau yang lebih dikenal sebagai sinetron. Sinetron menurut kami merupakan suatu istilah untuk drama sandriwara serial bersambung yang ditayangkan tiap periode waktu tertentu. Mencermati kasus-kasus semacam itu mungkin bisa ditolerir dengan dinasehati secara baik-baik, tetapi  pernahkah Anda mendengar kasus lainnya diantaranya seperti yang terjadi pada Ibu X di Jakarta yang kaget bukan main ketika mengetahui anaknya tiba-tiba saja berubah menjadi gagap dan tidak bisa berbicara normal seperti biasanya? Setelah diselidiki ternyata si anak menirukan karakter dalam sinetron Si Yoyo, atau kasus pada seorang anak yang meniru-niru memakai rok mini, kosmetik, dan perhiasan mencolok ketika sekolah atau kasus seorang anak yang menolak belajar dan mengaji hanya karena ingin menonton sinetron kesayangannya yang tak satu pun episode ditinggalkannya. Lantas siapakah yang pantas dimintai pertanggungjawaban atas semua fenomena ini? Apa Anda mau dipersalahkan? Mungkin sebagian orang tidak setuju atas apa yang kami paparkan tadi, mengingat bahwa sinetron selain membawa dampak negatif tentunya juga membawa dampak positif yakni sebagai media hiburan keluarga. Tapi menurut kami jika hiburan tersebut lantas merusak moral, mendidik menjadi brutal dan agresif, serta menjadikan anak malas apa masih bisa dibilang membawa dampak positif. Jika Anda orang dewasa mungkin sah-sah saja karena Anda sudah bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk. Tapi jika untuk anak atau keponakan Anda yang masih kecil?
Sebuah penelitian American Psychological Association (APA) pada tahun 1995, “bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk belaku buruk” . bahkan penetilian ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah pelajaran yang mereka terima sejak kecil. Anda sebagai orang tua sudahkah memikirkan hal ini? Kita lihat saja sinetron-sinetron yang ada sekarang. Berapa banyak sinetron yang cocok untuk anak-anak, yang mengandung pesan moral, nilai agama, nilai edukasi, dan sebagainya. Anda tentu sepakat bukan jika kami mengatakan sinetron semacam itu kini jumlahnya bisa dihitung dengan jari bahkan mungkin hampir punah. Kalaupun ada itu pada saat bulan Ramadhan saja. Kebanyakan sinetron kini lebih mengutamakan rating ketimbang mutu dan jalan cerita, bahkan banyak yang menghalalkan segala cara untuk menarik minat penonton, mulai dari penggunaan judul yang vulgar dan menantang, pemeran utama muda atau istilahnya ABG belia tampan dan cantik, sampai penambahan adegan-adegan yang bertabrakan dengan nilai moral dan agama hanya untuk menambah unsur dramatis cerita. Lihat saja model anak sekolah saat ini dalam sinetron, tidak peran antagonis maupun protagonis sama saja, rok mini, baju seragam yang tidak dimasukkan, rambut gondrong dan berwarna, perkelahian, sampai figur anak sekolah merokok dan mabuk-mabukan pun ditayangakan. Apa pantas semua hal itu ditiru oleh anak-anak? Sinetron terkadang menyuguhkan konflik pelik yang membuat penonton sampai merasa geram, darah tinggi, bahkan menyumpahserapahi pemain yang  dibencinya. Tapi anehnya meski menimbulkan kegeraman dan kejengkelan masyarakat bukannya beralih ke program acara lain melainkan tetap saja mengikuti jalannya cerita sinetron tersebut seolah kecanduan saja dengan sinetron. Merasa menyesal sekali jika terlewat satu episode saja, anak-anak pun juga demikian yang awalnya acuh menjadi cinta lantaran tiap hari disuguhi sinetron oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya dengan antusias mengikuti alur ceritanya karena paham maksud ceritanya tetapi sang anak hanya menjadi receiver informasi bebas tanpa adanya penyeleksi dan mulai meniru gaya-gaya para tokoh di dalam sinetron.
Seperti apa kata Keith W. Mielke (dalam Hidayati, 1998:74) “Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka.” Dari kutipan tersebut diatas jelas bahwa yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua adalah acara apa yang ditonton anak di televisi itu dan bukannya berapa lama anak menonton televisi. Padahal kecenderungan yang ada justru sebaliknya. Orang tua jarang benar-benar memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan lebih sering melarang anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena bisa mengganggu jam belajar             mereka. Disamping itu, apakah pernah pula terbersit dalam benak orang tua untuk ikut menonton tayangan-tayangan televisi yang diklaim sebagai tayangan untuk anak-anak? Pernahkan orang tua memperhatikan, apakah tayangan untuk anak itu memang sesuai dengan usianya? Padahal disinilah peran orangtua menjadi sangat penting artinya. Orang tualah yang menjadi guru, pembimbing, pendamping dan pendorong pertumbuhan anak yang paling utama. Orang tua juga harus jeli dalam melihat program-program acara televisi yang ditonton oleh anak. Apakah cocok dengan usianya, apakah bersifat mendidik atau justru malah merusak moral si anak. Jangan hanya mengandalkan simbol R(Remaja), BO(Bimbingan Orang tua), SU(Semua Umur) yang selalu muncul di pojok televisi. Agar tidak kecolongan dengan perkembangan anak ada baiknya Anda biasakan menonton televisi bersama-sama. Disamping dapat mengontrol apa saja yang ditonton anak Anda bukankah dapat pula meningkatkan keharmonisan keluarga? Anak menjadi merasa diperhatikan dan disayangi.
Meski peran orang tua sangatlah besar dalam penanggulangan masalah ini. Akan tetapi terkadang orang tua masih belum sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh bahaya penanyangan program televisi. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama antar komponen demi melindungi anak dari eksploitasi pikiran oleh apa yang mereka serap akibat penayangan sinetron yang tak mendidik ini. Kami rasa perlu sekali sosialisasi secara massif kepada para orang tua untuk selalu memperhatikan perkembangan anak dari apa yang mereka tonton dari televisi,. Selain itu, peran serta lembaga sensor film dan sinetron, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan pihak pertelevisian juga sangat diperlukan. Percuma saja jika orang tua sudah memperhatikan apa yang anak mereka tonton jika acara-acara yang disuguhkan masih tak mendidik dan tidak sesuai norma serta nilai agama.  Pihak KPI harus lebih selektif dalam penyaringan mana saja sinetron/program acara yang layak ditonton anak-anak atau tidak. Kita ambil contoh saja negara Korea Selatan. Negara tersebut sangat memperhatikan sekali perkembangan anak bangsanya. Melalui lembaga sensor filmnya negara tersebut menyortir segala program acara pertelevisian. Jika dinyatakan tidak layak dan membawa dampak negatif bagi perkembangan anak, maka lembaga tersebut tidak akan  menanyangkan sama sekali program acara tersebut di stasiun televisi mana pun. Apakah stasiun televisi swasta di sana merugi? Tidak! Malahan kini gencar-gencarnya masyarakat melirik Korea Selatan sebagai negara yang berhasil mengangkat histori negaranya melalui media televisi tanpa membosankan. Apakah Indonesia tidak bisa mencontohnya? Tentu saja bisa. Indonesia negara yang kaya akan kultur dan budaya. Masih banyak tema-tema yang  lebih mendidik untuk bisa diangkat di layar kaca dan dinikmati oleh anak-anak.
Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan bahwa kebanyakan sinetron yang kini marak ditayangkan di stasiun-stasiun televisi di Indonesia sangatlah sedikit yang relevan bagi perkembangan dunia anak. Oleh karena itu, diperlukannya kerja sama antar berbagai pihak terkait guna menelaah kembali penanyangan program yang kurang mendidik bagi anak. Peran orang tua yang sangat besar harus benar-benar ditenkankan, jangan sampai kecolongan akan perkembangan psikis maupun kognitif anak dari  apa yang mereka tonton di televisi, demi terciptanya generasi bangsa yang lebih baik. Mengingat anak adalah iron stock negara ini, perkembangannya harus benar-benar diperhatikan oleh semua pihak. Jangan hanya mengambil untung dari apa yang ditayangkan tetapi juga memperhatikan dampak yang ditimbulkan nantinya. Kami berharap dunia pertelevisian Indonesia semakin maju dan lebih memperhatikan dampak atau akibat penayangan suatu acara, serta lebih kreatif dan inovatif lagi dalam menciptakan program acara yang mendidik, bermoral, dan mencerdaskan. Bukankah mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan agung negara ini. Maka jangan sia-siakan media yang ada untuk tidak mencerdaskan bangsa tetapi malah merusak moral bangsa.

Sumber referensi:
3.      http://giwmukti.multiply.com/journal/item/11/Dampak-Sinetron-bagi-anak-remaja-dan-keluarga?&item_id=11&view:replies=reverse&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem