Annyong...
maaf ya teman-teman baru bisa upload materi Biolum dan Biosel sekarang, soalnya baru bisa beli pulsa modem. Hehehe...Ok silakan di download tapi cuma ngingetin yah file nya lumayan gede jadi gunain hotspot UI/MIPA aja buat download sayang pulsa modemnya,
BioseL Replikasi DNA passwordnya nama depan dosen Biosel kelas reguler B
BioSeL semua materi bu Nisyawati passwordnya nama depan ketua angkatan biodive12sity
BioLum Keanekaragama Hayati passwordnya panggilan mesra gue pada reza saputra
wkwkwkwk
Primordial Soup of Jony
Thursday, October 18, 2012
Sunday, October 14, 2012
Friday, October 12, 2012
CerBung
Love In Seoul
Derai hujan itu mengguyur sekujur
tubuhnya, jemarinnya mengkerut, ia kedinginan tapi ia berusaha untuk tidak
menampakannya pada Luna. Ia melepas kaos yang membebat tubuhnya dan
menyelimutkannya pada Luna yang menggigil hebat, lalu ia mulai tancap gas lagi
menerobos bulir hujan yang semakin deras mengguyur. Luna yang berada dibelakang
mengencangkan pegangannya pada pinggang Lee. Dia sendiri merasa cemas jika
nanti Lee kedinginan atau bahkan sampai sakit, apalagi jika ia bertelanjang
dada seperti ini, tapi ia sendiri masih bingung mengapa Lee bisa sampai
melakukan semua ini. Apa ini juga disebut hanya kesopanan, seperti kata Lee
sebelumnya jika ia ditanya mengapa begitu perhatiaanya pada Luna. Sebersit rasa
senang menyelimuti hati Luna.
Di sebuah bangunan yang mirip
asrama mahasiswa mereka berhenti. Luna melepaskan kaos yang diberikan Lee lalu menyerahkannya pada Lee.
“Miane, Luna”
“Anio, kwaenchanayo..I should say
thanks to you Lee. You are so kind to me. I don’t know what did it mean? May be
it was just a polite like you said”
Lee menatap Luna lekat-lekat,
matanya tertuju pada bibir tipis Luna yang bergeming entah bagaimana bunyinya.
“you should better wear your
shirt and go back soon, I have to come in. Once more, Gumawo..”
Lina berbalik dan melangkah
masuk.
“Luna...”
Lee menarik tangan Luna, menarik
badannya ke dalam pelukannya dan mengecup lembut bibirnya. Matanya terpejam,
seolah tak menghiraukan derasnya hujan.
“Sarangheyo,,,It was not just a
polite, it was my truly heart says. I Love You Luna,,,”
To be continued...
Wednesday, October 10, 2012
Materi Kuliah Biologi Umum
Bagi teman-teman yang mau download materi biologi umum bab Evolusi tatap muka ke dua ibu Ariyanti Oetari silakan download dari link berikut:
kuliah umum genetika
password: nama angkatan kita dalam bahasa Indonesia
kuliah umum genetika
password: nama angkatan kita dalam bahasa Indonesia
Wednesday, October 03, 2012
Only For Mahasiswa Biologi Universitas Indonesia
Bagi teman-teman yang telah membeli buku Biology Cell dari Penerbit Willey dan telah menerima buku serta nomor akun buku, silakan mendaftarkan diri untuk mengakses ebook suplemen buku tersebut.
Caranya:
klik link dibawah ini:
Registrasi Ebook
klik create account
klik I agree to these term lalu continue
masukkan nomor akun buku lalu continue dan seterusnya
Caranya:
klik link dibawah ini:
Registrasi Ebook
klik create account
klik I agree to these term lalu continue
masukkan nomor akun buku lalu continue dan seterusnya
Catatan Psikis
DAMPAK
NEGATIF SINETRON BAGI ANAK-ANAK
Pernahakah Anda mendengar anak atau
keponakan Anda berceloteh “cengilusek, kamseupay, gak level, terus gue harus
bilang WAOW gitu”?.Itu semua merupakan petikan naskah sinetron-sinetron yang
kini marak disiarkan di banyak stasiun televisi swasta di Indonesia. Bagaimana
bisa anak atau keponakan Anda bisa berceloteh sedemikian rupa. Tak lain dan tak
bukan karena proses imitasi dari apa yang mereka tonton dari televisi, salah
satunya adalah sinema elektronik atau yang lebih dikenal sebagai sinetron.
Sinetron menurut kami merupakan suatu istilah untuk drama sandriwara serial
bersambung yang ditayangkan tiap periode waktu tertentu. Mencermati kasus-kasus
semacam itu mungkin bisa ditolerir dengan dinasehati secara baik-baik,
tetapi pernahkah Anda mendengar kasus
lainnya diantaranya seperti yang terjadi pada Ibu X di Jakarta yang kaget bukan
main ketika mengetahui anaknya tiba-tiba saja berubah menjadi gagap dan tidak
bisa berbicara normal seperti biasanya? Setelah diselidiki ternyata si anak menirukan
karakter dalam sinetron Si Yoyo, atau kasus pada seorang anak yang meniru-niru
memakai rok mini, kosmetik, dan perhiasan mencolok ketika sekolah atau kasus
seorang anak yang menolak belajar dan mengaji hanya karena ingin menonton
sinetron kesayangannya yang tak satu pun episode ditinggalkannya. Lantas
siapakah yang pantas dimintai pertanggungjawaban atas semua fenomena ini? Apa
Anda mau dipersalahkan? Mungkin sebagian orang tidak setuju atas apa yang kami
paparkan tadi, mengingat bahwa sinetron selain membawa dampak negatif tentunya
juga membawa dampak positif yakni sebagai media hiburan keluarga. Tapi menurut
kami jika hiburan tersebut lantas merusak moral, mendidik menjadi brutal dan
agresif, serta menjadikan anak malas apa masih bisa dibilang membawa dampak
positif. Jika Anda orang dewasa mungkin sah-sah saja karena Anda sudah bisa
memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk. Tapi jika untuk anak atau
keponakan Anda yang masih kecil?
Sebuah penelitian American Psychological Association
(APA) pada tahun 1995, “bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang
untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang
untuk belaku buruk” . bahkan penetilian ini menyimpulkan bahwa hampir semua
perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah pelajaran yang mereka terima
sejak kecil. Anda sebagai orang tua sudahkah memikirkan hal ini? Kita lihat
saja sinetron-sinetron yang ada sekarang. Berapa banyak sinetron yang cocok
untuk anak-anak, yang mengandung pesan moral, nilai agama, nilai edukasi, dan
sebagainya. Anda tentu sepakat bukan jika kami mengatakan sinetron semacam itu
kini jumlahnya bisa dihitung dengan jari bahkan mungkin hampir punah. Kalaupun
ada itu pada saat bulan Ramadhan saja. Kebanyakan sinetron kini lebih
mengutamakan rating ketimbang mutu dan jalan cerita, bahkan banyak yang
menghalalkan segala cara untuk menarik minat penonton, mulai dari penggunaan
judul yang vulgar dan menantang, pemeran utama muda atau istilahnya ABG belia
tampan dan cantik, sampai penambahan adegan-adegan yang bertabrakan dengan
nilai moral dan agama hanya untuk menambah unsur dramatis cerita. Lihat saja
model anak sekolah saat ini dalam sinetron, tidak peran antagonis maupun
protagonis sama saja, rok mini, baju seragam yang tidak dimasukkan, rambut
gondrong dan berwarna, perkelahian, sampai figur anak sekolah merokok dan
mabuk-mabukan pun ditayangakan. Apa pantas semua hal itu ditiru oleh anak-anak?
Sinetron terkadang menyuguhkan konflik pelik yang membuat penonton sampai
merasa geram, darah tinggi, bahkan menyumpahserapahi pemain yang dibencinya. Tapi anehnya meski menimbulkan
kegeraman dan kejengkelan masyarakat bukannya beralih ke program acara lain
melainkan tetap saja mengikuti jalannya cerita sinetron tersebut seolah
kecanduan saja dengan sinetron. Merasa menyesal sekali jika terlewat satu
episode saja, anak-anak pun juga demikian yang awalnya acuh menjadi cinta
lantaran tiap hari disuguhi sinetron oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya
dengan antusias mengikuti alur ceritanya karena paham maksud ceritanya tetapi
sang anak hanya menjadi receiver informasi
bebas tanpa adanya penyeleksi dan mulai meniru gaya-gaya para tokoh di dalam
sinetron.
Seperti apa kata Keith W. Mielke (dalam Hidayati, 1998:74) “Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk
menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para
orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin
membantu kegiatan belajar mereka.” Dari kutipan tersebut diatas jelas bahwa
yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua adalah acara apa yang
ditonton anak di televisi itu dan bukannya berapa lama anak menonton televisi.
Padahal kecenderungan yang ada justru sebaliknya. Orang tua jarang benar-benar
memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan lebih sering melarang
anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena bisa mengganggu jam
belajar mereka. Disamping itu,
apakah pernah pula terbersit dalam benak orang tua untuk ikut menonton
tayangan-tayangan televisi yang diklaim sebagai tayangan untuk anak-anak?
Pernahkan orang tua memperhatikan, apakah tayangan untuk anak itu memang sesuai
dengan usianya? Padahal disinilah peran orangtua menjadi sangat penting
artinya. Orang tualah yang menjadi guru, pembimbing, pendamping dan pendorong
pertumbuhan anak yang paling utama. Orang tua juga harus jeli dalam melihat
program-program acara televisi yang ditonton oleh anak. Apakah cocok dengan
usianya, apakah bersifat mendidik atau justru malah merusak moral si anak. Jangan
hanya mengandalkan simbol R(Remaja), BO(Bimbingan Orang tua), SU(Semua Umur)
yang selalu muncul di pojok televisi. Agar tidak kecolongan dengan perkembangan
anak ada baiknya Anda biasakan menonton televisi bersama-sama. Disamping dapat
mengontrol apa saja yang ditonton anak Anda bukankah dapat pula meningkatkan
keharmonisan keluarga? Anak menjadi merasa diperhatikan dan disayangi.
Meski peran orang tua
sangatlah besar dalam penanggulangan masalah ini. Akan tetapi terkadang orang
tua masih belum sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh bahaya penanyangan
program televisi. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama antar komponen demi
melindungi anak dari eksploitasi pikiran oleh apa yang mereka serap akibat
penayangan sinetron yang tak mendidik ini. Kami rasa perlu sekali sosialisasi
secara massif kepada para orang tua untuk selalu memperhatikan perkembangan
anak dari apa yang mereka tonton dari televisi,. Selain itu, peran serta lembaga
sensor film dan sinetron, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan pihak
pertelevisian juga sangat diperlukan. Percuma saja jika orang tua sudah
memperhatikan apa yang anak mereka tonton jika acara-acara yang disuguhkan
masih tak mendidik dan tidak sesuai norma serta nilai agama. Pihak KPI harus lebih selektif dalam
penyaringan mana saja sinetron/program acara yang layak ditonton anak-anak atau
tidak. Kita ambil contoh saja negara Korea Selatan. Negara tersebut sangat
memperhatikan sekali perkembangan anak bangsanya. Melalui lembaga sensor
filmnya negara tersebut menyortir segala program acara pertelevisian. Jika
dinyatakan tidak layak dan membawa dampak negatif bagi perkembangan anak, maka lembaga
tersebut tidak akan menanyangkan sama
sekali program acara tersebut di stasiun televisi mana pun. Apakah stasiun
televisi swasta di sana merugi? Tidak! Malahan kini gencar-gencarnya masyarakat
melirik Korea Selatan sebagai negara yang berhasil mengangkat histori negaranya
melalui media televisi tanpa membosankan. Apakah Indonesia tidak bisa
mencontohnya? Tentu saja bisa. Indonesia negara yang kaya akan kultur dan
budaya. Masih banyak tema-tema yang
lebih mendidik untuk bisa diangkat di layar kaca dan dinikmati oleh
anak-anak.
Dengan demikian dapat
kita ambil kesimpulan bahwa kebanyakan sinetron yang kini marak ditayangkan di
stasiun-stasiun televisi di Indonesia sangatlah sedikit yang relevan bagi
perkembangan dunia anak. Oleh karena itu, diperlukannya kerja sama antar
berbagai pihak terkait guna menelaah kembali penanyangan program yang kurang
mendidik bagi anak. Peran orang tua yang sangat besar harus benar-benar
ditenkankan, jangan sampai kecolongan akan perkembangan psikis maupun kognitif
anak dari apa yang mereka tonton di
televisi, demi terciptanya generasi bangsa yang lebih baik. Mengingat anak
adalah iron stock negara ini,
perkembangannya harus benar-benar diperhatikan oleh semua pihak. Jangan hanya
mengambil untung dari apa yang ditayangkan tetapi juga memperhatikan dampak
yang ditimbulkan nantinya. Kami berharap dunia pertelevisian Indonesia semakin
maju dan lebih memperhatikan dampak atau akibat penayangan suatu acara, serta
lebih kreatif dan inovatif lagi dalam menciptakan program acara yang mendidik,
bermoral, dan mencerdaskan. Bukankah mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan
tujuan agung negara ini. Maka jangan sia-siakan media yang ada untuk tidak
mencerdaskan bangsa tetapi malah merusak moral bangsa.
Sumber referensi:
3.
http://giwmukti.multiply.com/journal/item/11/Dampak-Sinetron-bagi-anak-remaja-dan-keluarga?&item_id=11&view:replies=reverse&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Subscribe to:
Posts (Atom)